Pages

Monday, October 15, 2012

Malam yang indah menjelang Chuseok (추석) part 2


30-9-2012, Dua hari setelah melewati kesenangan dalam menjelang chuseok. Kami di undang profesor yang berbeda ke pantai Haeundae. Kami berangkat pagi hari menggunakan bis. Bis disini benar-benar tepat waktu dan cepat. Ya, cepat. Jika disini mencoba menggunakan bis untuk bepergian, rasanya tidak perlu lagi pergi ke dufan untuk menikmati wahana. Disini dengan menggunakan bus pun kita seperti sedang berada di dalam wahana. Cepat dan woooow, wahana banget deh.

Sesampainya disana kami berpoto di pinggir pantai yang indah, sambil menikmati sengatan sinar matahari di tengah hari. Setalah berjalan mengitari pantai-pantai haeundae, akhirnya kita makan siang di taman dibawah bayangan pohon-pohon pinus. Kami diberi kimbab oleh profesor. Enak sekali.

Ternyata setelah berjalan mengitari pantai, ternyata pantai guangali tidak begitu jauh dari haeundae. Jembatan Guang-an terlihat jelas dari pantai Haeundae.

Setelah selesai makan dan berjalan-jalan, kami diajak menonton di bioskop. Film yang di tonton adalah film action berjudul "The Thieves" *kalau tidak salah*. Seru! Kami menonton dengan 1 popcorn besar untuk 2 orang dan minuman ringan untuk masing-masing orang.

Setelah itu kami pulang dengan perasaan senang dan kami baru menyadari bahwa hari itu adalah hari dimana tepat 1 bulan kami berada di negeri gingseng.

Sunday, September 30, 2012

Malam yang indah menjelang Chuseok (추석)

Chuseok atau ditulis sebagai Chusok (Hari bulan purnama) adalah hari libur resmi di Korea yang dirayakan secara besar-besaran pada bulan ke-8, hari ke-15 kalender lunar. Perayaan ini berupa pesta makan untuk mengucapkan terima kasih atas keberhasilan panen, sehingga juga disebut juga sebagai Hari Panen, Festival Bulan Musim Panen, atau Hangawi ("han" = "raya", "gawi" = "tengah", "hari besar di tengah-tengah musim gugur".
Di zaman sekarang, perayaan Chuseok merupakan kesempatan orang Korea untuk pulang ke kampung halaman untuk mengunjungi altar leluhur. Di pagi hari, orang Korea melakukan penghormatan terhadap arwah leluhur dalam bentuk ziarah ke makam untuk merapikan tanaman dan tanah sekitar makam. Arwah leluhur juga disuguhi makanan, buah-buahan dan minuman. Hasil panen tahun itu juga ikut dipersembahkan kepada arwah leluhur.
Perayaan Chuseok juga merupakan kesempatan untuk berterima kasih kepada arwah leluhur. Makanan istimewa liburan Chuseok adalah kue Songpyeon (송편) dari tepung beras diisi kacang atau wijen. Malam sebelum Chuseok, semua anggota keluarga akan duduk bersama membuat songpyeon sambil melihat bulan.

Ya, begitulah chuseok yang dikutip dalam wikipedia.
Mendekati perayaan chuseok, kebahagiaan menyelimuti malam kami. Tepatnya hari jumat, pukul 17:00 [28-9-2012] mahasiswa indonesia diundang untuk makan malam di kediaman seorang profesor yang pernah datang ke Indonesia. Beliau ingin bertemu dan menjamu orang-orang indonesia. Rumah beliau berada di daerah guangali, dari rumahnya hanya 15 mnt untuk menuju pantai.

Setelah sampai disana, rumahnya standar, tidak terlalu luas namun rumahnya lebih mewah dari rumah standar di Indonesia. Ketika masuk pagar, jalannya agak sedikit menanjak dan ketika masuk yang dipijak adalah lantai 2. Lantai 1 adalah garasi. Ya. Memang rumahnya tidak lebar, namun memanjang ke atas. Rumah ini terdiri dari 3 lantai + 1 basement dengan fasilitas lengkap. Dan rumah ini pun memiliki lantai basement.

Pertama datang kami langsung duduk di halaman yang setara dengan lantai 2. Kami duduk di halaman dengan rumput jepang. Disana kami duduk dengan meja yang berjajar dilengkapi kursi. Di dekat berisan kursi kami, ada barisan panjang tempat berbagai makanan tersedia. Tak berapa lama setelah profesor berbincang dengan kami, kami dipersilahkan makan. Makanan yang tersedia sangat banyak dan beragam. Malam itu aku tak sempat mencoba semua makanan karena ketika mengambil makanan di barisan meja panjang tempat makanan berada, belum sampai ujung, makanan yang ada di piringku sudah penuh. Makanan yang tersedia banyak, mulai dari kimchi, shusi, salad, tuna, cumi-cumi, gurita mentah hingga ayam dan iga sapi pun tersedia. Kemudian makan dimulai. Setelah habis, niatnya untuk kembali melanjutkan perjalanan menyusuri sisi meja yang penuh dengan makanan itu diurungkan. Karena saat itu perut sudah penuh dengan makanan. Beberapa dari kami membawa makanan sangat banyak di piringnya hingga makanan bertumpuk. Ini memang kesempatan dalam perbaikan gizi bagi kami. Tapi ternyata ada salah satu dari temanku yang tidak suka makanan mentah tapi karena saat itu "mumpung", maka segala makanan pun di ambil. Alhasil sambil dia menahan keinginan untuk me-muntah-kannya, aku membantu sedikit menghabiskan makanan mentah itu dan sebagian lagi diberikan pada yang lain. Beruntung aku tak alergi dengan makanan mentah. Jadi saat itu memang sudah rezekinya mendapat asupan gizi lebih baik dari hari-hari biasanya.

Kesenangan malam itu belum berhenti sampai disitu, setelah itu profesor menawarkan kepada kami untuk memilih karaoke bersama atau menonton film bersama karena masih banyak waktu menjelang malam. Akhirnya kami memilih untuk karaoke. Saat itu kami berpikir bahwa jika kita ingin karaoke, kita harus pergi ke tempat karaoke di daerah pertokoan (mall) seperti di Indonesia. Ternyata kami diajak ke basement. Kami dibawa ke dalam ruangan yang cukup besar yang mampu menampung kami sebanyak + 30 orang layaknya tempat bersantai dan berkumpul dilengkapi dengan TV flat layar lebar (set kumplit home theater) kumplit dengan sound system, meja, kursi dan alat pembuat kopi disampingnya. Setelah berkumpul bersama lampu tiba-tiba sedikit diredupkan dan menyala-lah lampu disko berskala kecil bercahayakan laser merah dan hijau, kami diberi 3 buku besar berisi (mungkin) jutaan lagu, dan satu remote sebesar keyboard berisikan huruf dan angka untuk memilih lagu. Ya, ternyata ini tempat karaoke. Benar-benar tak terduga. Seperti tempat karaoke yang dipindahkan ke dalam rumah, perangkat karaoke semua tersedia lengkap, bahkan lagu indonesia pun ada disana. Beberapa teman dari kami bernyanyi, kemudian ditutup oleh lagu Gangnam Style, yang katanya saat ini lagi in banget di Indonesia. Lagu terakhir itu dinyanyikan oleh 2 anak laki-laki profesor bertubuh kekar dan tegap. Sebagian dari kami menari ala gangnam style di depan teman-teman yang lainnya. Sungguh menyenangkan.

[Pukul 20:40] Sampai disini? Ternyata tidak, setelah itu kami diajak berjalan menuju tempat yang kami pun tidak tau saat itu. Katanya kami akan di ajak ke pantai. Kami berjalan 15 menit dan sampai di depan sebuah apartment di pinggir pantai. Kami disuruh untuk naik menuju lantai 19. Dalam hati, kami bertanya-tanya "akan dibawa kemana dan akan diapakan kita?". Setelah sampai di lantai 19 ternyata kami dipersilahkan untuk melihat pemandangan. Pemandangan pantai Guangali. Disana terlihat gedung-gedung tinggi yang penuh dengan cahaya-cahaya lampu gedung, dan jembatan indah dengan sinar lampu di sepanjang jembatan yang terbentang di tengah laut mengubungkan daerah yang cukup jauh jaraknya.

*berikut photo yang di ambil dari google*

Apartment tempat kami berada, tepat di pantai di depan 2 tiang jembatan. Kami dibuatkan kopi hangat oleh profesor dan diberikan waktu 1 jam untuk berpoto dan berjalan-jalan mengitari pantai sebelum pulang.

Malam itu benar-benar fantastis dan penuh dengan kebahagiaan. Alhamdulillah.

Saturday, September 22, 2012

Mengenal lebih dekat kereta bawah tanah (지하철)

*Berdasarkan pengamatan di Busan*


Gambar diatas adalah gambar Jihacheol (지하철). Gambar diatas masih menggunakan rel baja seperti di Indonesia. Tapi yang ditemukan disini baru 2 jenis, yang menggunakan rel baja, dan ada yg menggunakan ban. Namun keduanya adalah kereta listrik.

Disini Jihacheol merupakan kereta kelas ekonomi disini. Namun kelas ekonomi disini sangat berbeda dengan kereta ekonomi di tanah airku. Disini benar-benar memiliki jalur sendiri, jalur yang tidak bisa dilewati oleh kendaraan bahkan orang-orang. Di Korea, pasti akan dikira aneh jika kita terlambat dengan alasan macet. Kereta ini pun memiliki kecepatan + 300 km/jam. Ketika pintu kereta tertutup secara otomatis tanda penumpang sudah naik, kereta tidak melaju pelan lalu perlahan kencang, tapi langsung memacu kecepatan hingga kecepatan tertinggi.

"Serba otomatis" adalah sebutan yang cocok untuk negeri ini. Sudah tak aneh lagi jika pintu disini adalah pintu otomatis. Mulai dari pintu pertokoan hingga pintu Jihacheol. Kemudian disini banyak sekali mesin minuman otomatis, ada juga mesin penjualan buku otomatis dan banyak lagi yang lainnya. Tinggal masukan uang atau kartu lalu kita bisa menikmatinya dengan mudah melalui mesin-mesin yang ada.

Stasion. Ya, lagi-lagi disini berbeda. Disini sistem tiket sudah tertata rapi. Mulai dari kalangan bawah hingga kalangan kelas atas dapat menikmati fasilitas kereta listrik ini dengan mudah. Kita dapat membayar tiket dengan uang tunai atau menggunakan kartu elektronik.

Jika kita bisa membaca, ya, membaca, tidak mungkin kita tersesat atau salah jalur di dalam stasion ini. Semuanya tertata rapi. Disini, semua informasi tersampaikan, terarah sesuai jalur yang diinginkan. Fantastis. Aku sebagai orang asing disini, benar-benar merasa terbantu saat pertama kali mencoba Jihacheol. Pertama kali menggunakan Jihacheol, tujuan pertamaku adalah Myeonryun. Dan tanpa bertanya pada petugas pun, Alhamdulillah sampai. Ini berkat informasi yang dibuat sangatlah jelas dan terarah berupa panah-panah.

Mungkin itu dulu informasi tentang Jihacheol. Lain kali jika ada informasi lagi, posting ini akan di update. Tunggu saja!

Thursday, September 20, 2012

Juli-Agustus yang "Gak santai"





Tidak mudah memang untuk meninggalkan rutinitasku di Indonesia. Biasanya, pagi, setelah bangun dan sarapan aku berangkat ke kampus, pulang sore dan terkadang malam, pulang kerumah langsung makan, namun biasanya tidak, dilanjut berkumpul dengan rekan-rekan HIPMAku yang hebat hingga malam. Ya, paling cepat pulang pukul 10, namun seringnya diatas pukul 11. Pulang, tidur dan kadang mengerjakan dulu beberapa tugas. Rutinitasku seperti itu. Namun beberapa minggu menjelang keberangkatanku, rutinitas sedikit berubah. Saat itu aku sedang melaksanakan Kerja Praktek di Dinas Komunikasi dan Informasi, jadi biasanya waktu lebih banyak di kantor atau di rumah teman satu kelompokku untuk mengerjakan tugas dan laporan kerja praktek. Kelompok Kerja Praktekku berdua, aku dan rekanku.

Tugas dan laporan Kerja Praktek yang seharusnya dikerjakan dari pertengahan Juli hingga September, terpaksa harus kejar tayang menjadi kurang lebih hanya 3 minggu. Itu belum termasuk revisian. Ya, memang padat sekali. Disamping itu rekan-rekan hebatku di HIPMA memiliki 3 acara besar yang harus aku kontrol dan beri motivasi. Kegiatan tersebut pun dipadatkan dalam 2 bulan, Juli dan Agustus. Saat itu memang benar-benar pengaturan waktulah yang diuji. Hingga H-1 sebelum keberangkatanku, aku masih harus menyelesaikan revisian laporan Kerja Praktek dan harus mengedit Video Dokumentasi Kegiatan hingga dini hari karena itu harus selesai sebelum aku berangkat.

29-8-2012. Ya, itu hari rabu. Karena malam hingga dini harinya aku harus mengerjakan apa yang harus aku selesaikan, dampaknya adalah kurang tidur. Alhasil packingku terlambat. Pukul 12 siang harus sudah ada di Kampus untuk menghadiri pelepasan oleh Menteri Depnakertrans. Karena pergi ke kampus dengan terburu-buru, handphoneku tertinggal dirumah. Pukul 11:30 Alhamdulillah aku bertemu temanku dan meminjam motor untuk secepatnya mengambil handphone dan kembali ke kampus. Ya. Lagi-lagi aku diselamatkan saat itu. Alhamdulillah.

Awalnya ini memang sebuah kejadian biasa saja. Kejadian karena kecerobahan diri. Kemudian terpikir beberapa waktu kemudian, ternyata semua itu adalah pelajaran untuk memampukanku di masa depan. Pelajaran apa yang didapat? Banyak! Percayalah. Kejadian itu membuatku mengerti bahwa pengaturan waktuku saat itu masih kurang baik. Manajemen di dalam diri yang harus dibangun lagi dan dimatangkan.

Bukankah ini merupakan alasan mengapa berada di Universitas Kehidupan? Ya. Kejadian ini kupelajari. Belajar dari seluruh kejadian. Mempelajari tingkah-laku diri sendiri, mempelajari tingkah-laku orang lain. Dan yang terpenting adalah mempelajari maksud Tuhan yang diwakilkan dalam tingkah-laku orang lain.

Wednesday, September 19, 2012

Mahasiswa baru di Universitas Kehidupan



Ya.. Sebetulnya sudah lama ingin menulis. Menulis mengenai perjalanan hidupku di Universitas Kehidupan ini.
Semenjak lulus SMA, secara tidak langsung aku mulai menjejaki masa kuliahku di Universitas Kehidupan dengan level kesekian, disamping kuliahku di Universitas Komputer Indonesia.

Kini (14-9-2012) aku mengemban ilmu di Universitas Youngsan, Busan - Korea Selatan.
Tapi, yang aku soroti bukan tentang proses akademisnya, tapi perjalananku di Universitas Kehidupan dalam yang telah dan pernah dilakukan hingga saat ini ketika ku berada di Korea Selatan.

Perjalanan merasakan hitam putih kehidupan sudah sejak lama kujalani. Terutama dalam membangun kemandirian, khususnya dalam masalah finansial. Bersyukur saat ini aku diajarkan bagaimana harus peka terhadap kehidupan dan mampu merasakan dan mengerti apa itu makna prihatin. Orangtua superku-lah yang hebat. Mereka mengajarkan padaku apa yang mereka bisa ajarkan, dan bersyukur aku pun diberi kemauan untuk mempelajari apa maksud dari apa yang orang tua ajarkan kepadaku. Dan ku mengerti satu hal saat ini, bahwa apa yang mereka ajarkan padaku adalah untuk memampukanku, membuatku menjadi mandiri, membuatku mengerti arti kehidupan dan membuatku menyadari bahwa aku hanyalah seorang manusia bertuhan yang kecil dihadapan-Nya.

Hingga saat ini aku bersyukur masih diberi kemampuan untuk survive atau bertahan dalam kondisi apapun. Anugrah untukku diberikan kemampuan untuk ngulik apapun yang banyak orang katakan "tidak bisa" dibuat menjadi "mungkin bisa". Ya, aku percaya apa yang dinamakan "peluang". Ini dimulai ketika masih duduk di bangku SD. Karena uang jajanku yang saat itu lebih kecil dibandingkan teman-temanku, dan karena saat itu minta pada orangtua pun segan, mulailah aku memutar pikiran. Saat itu aku membuat sebuah game labirin kecil di sebuah buku ukuran standar dengan tarif 100-500 rupiah untuk setiap permainannya, dan terkadang ketika pulang ke rumah aku mencari berbagai barang bekas yg aku punya, seperti gantungan kunci, penghapus hingga serutan lingkaran kaca yang tidak terpakai untuk dijadikan hadiahnya. Alhasih mulai saat itu aku membeli sebuah celengan, dan mulailah kebiasaan menabung itu ditumbuhkan.

Perjuangan awal dalam menghadapi gengsi kecil, telah diselesaikan. Selain lolos dalam melewati tingkat kanak-kanak, saat itu aku sudah bisa menikmati hasilnya. Memiliki uang saku sendiri dan bisa menikmatinya sendiri. Alhamdulillah.

Masuk pada masa SMP, saat itu perjuangan selanjutnya adalah ketika rela untuk tidak jajan, naik sepeda untuk menghemat ongkos dan menahan lapar hingga sampai dirumah untuk bermain game. Ya, memang tujuannya buruk saat itu, aku pun menyadari. Tapi tak ada hal apapun di dunia ini yang tanpa makna dan hikmah. Dari pengalaman itu yang disadari adalah bahwa "ko bisa ya seseorang merelakan banyak uangnya demi hal yang sebenarnya tidak harus". Jawabannya adalah "untuk membayar kepuasan". Eiiiiitss !! Jangan berhenti disitu. Dari situ terpikir, "mengapa untuk membayar sebuah kepuasan harus mengeluarkan banyak uang?" Banyak uang? Ya, saat menjadi gamer yang maniak tanpa terasa setelah sekitar 3 tahun, ketika dihitung-hitung sudah hampir 2-3 juta rupiah sudah ku habiskan. Dan itu untuk ukuran anak yang memiliki uang saku sekitar 5000-8000 rupiah per hari, dan ketika libur, tak ada uang saku. Dari mana bisa mengumpulkan uang sebanyak itu? Ya itu tadi, tidak jajan, ke sekolah menggunakan sepeda, uang pemberian orang tua dan saudara aku tabungkan dan digunakan untuk itu. Ya, itulah pengalaman yang memberikanku pelajaran bahwa, sebenarnya jika kita meniatkan sesuatu, se-Mustahil apapun bisa terlaksana. Demikianlah ilmu kehidupan yang aku dapatkan dalam Universitas Kehidupan saat aku masih duduk di bangku SMP.

Perjuangan selanjutnya ada disini. Bangku SMA banyak mengajariku berbagai arti kehidupan, saat itu
 ilmu kehidupanku semakin matang dan lebih peka dalam melihat kehidupan dari sudut yang berbeda dari sudut pandang orang lain. Ilmu people watching ku dapatkan di tingkat ini. Ilmu yang mempelajari tingkah laku dan cara orang berbicara yang secara tidak langsung dapat mencerminkan karakter orang itu sendiri. Ilmu ini tidak dengan mudah dapat dipelajari, ini akan mudah dipelajari jika sudah banyak berinteraksi dan banyak memiliki specific case. Tapi siapapun dengan umur berapapun dapat mempelajari ini dengan mudah sebenarnya.

Tahap selanjutnya yang telah kualami adalah ketika diberi kesempatan dan kehormatan memimpin organisasi hebat bernama HIPMA. Disana sangan banyak perjuangan dan pengalaman mengenai ilmu kehidupan yang dipelajari. Ilmu yang didapat banyak, diantaranya adalah belajar mengatur waktu, memilih prioritas, dan yang paling penting adalah pengaturan finansial.

Organisasi tersebut bukan tidak memiliki dukungan dari lembaga yg menaungi, tapi mungkin karena terlalu banyak dan event dan kegiatan organisasi yang segudang dan membutuhkan banyak biaya. Akhirnya setelah berpikir keras dan memutar otak, pilihan yang sekiranya tepat adalah berdagang. Dimulai dengan berdagang roti. Ya, roti. Roti yg harus di ambil di pabrik sekitar pukul 01.00 dini hari. membutuhkan waktu perjalanan sekitar 45 menit menggunakan motor dari daerah tempat tinggalku. Biasanya pukul 04:00 sudah kembali ke rumah. Ini menjadi agak berat dijalani dikarenakan waktu kuliah yang rutinitasnya masuk pukul 07:00. Roti itu dijual di kampus, rumah dan seminggu sekali berjualan di Car Free Day Bandung. Saat itu mukaku sudah diobral, malu tak jadi alasan. Satu tujuanku saat itu adalah survive. Survive untuk nama organisasi. Dari modal 50rb, omzetku saat itu sudah hampir mencapai 400rb/hari. Dan yang pastinya keuntungan dari hasil penjualan itu disisihkan untuk kegiatan organisasi.

Karena terasa lelah jika harus langsung masuk pagi, setelah beberapa waktu berlalu, kuputuskan untuk berhenti. Namun lagi-lagi kegiatan dan acara berikutnya yang dibuat membutuhkan biaya yang cukup besar. Lau ada pertanyaan seperti ini, "Jika biaya yg dibutuhkan terlalu besar, mengapa kita tidak menurunkan kualitas kegiatan dengan kegiatan yang kecil namun aman?" Mungkin jawabannya seperti ini "Jika tujuan kita kecil, pasti semangat dan perjuangannya kita kecil. Jika tujuan kita besar, pasti semangat dan perjuangannya besar pula. Dan ingat! Keberanian dan usaha yang penuh, mendatangakan pertolongan Tuhan". Kemudian terobosan selanjutnya adalah berdangang membuat Warung/Mini Cafe menggunakan gerobak sederhana dengan atap terpal. Dengan bermodalkan seluruh tabungan yang dimiliki sebesar 600-800rb rupiah, target tertinggi adalah omzet mencapai 1jt lebih/bulan. Karena kesibukan dan jadwal kuliah yang padat, akhirnya Mini Cafe ini hanya berjalan sekitar 4 bulan saja. Namun lagi-lagi sebagian keuntungannya disisihkan untuk kegiatan, seperti pada tujuan awal.

"Mengapa harus pemimpin yang mengerjakan ini, bukankah seharusnya anggotanya yang bergerak?" Awalnya memang terpikir seperti itu, namun jika harus selalu anggotanya yang melakukan, harus menunggu sampai kapan lagi untuk memulai..

Disini point-nya, dari pengalaman tersebut, sangat banyak sekali pelajaran dan hikmah yang didapat. Mulai dari berpikir bahwa mencari uang itu tidak mudah, semua butuh perjuangan, tidak ada yang instan, mengerti arti membagi waktu, survive dalam menjaga kondisi tubuh di tengah kegiatan yang padat, dan banyak lagi ilmu dan hikmah yang kudapatkan saat aku belajar dalam universitas kehidupan ini..

Kini.. Coba perhatikan disekeliling kehidupanmu! Semua yang dilakukan bukan tanpa hikmah, tetapi buatlah lebih peka terhadap apa yang terjadi pada kehidupanmu. Hidup bukan hanya untuk bersenang-senang, tapi buatlah hidupmu yang serba berat ini lebih menyenangkan, walau berat namun kita harus mampu membawa diri dan menikmati buah hasilnya.

Friday, September 14, 2012

Apa sih Universitas Kehidupan?



Bismillahirahmaanirrahim.
Aku, seorang mahasiswa di Universitas Kehidupan.
Universitas yang hanya sebagian mahasiswa saja yang menyadari bahwa dirinya adalah mahasiswa. Universitas yang tempat kuliahnya tak terbatas. Dosennya tak terhingga, dan waktu kuliahnya hingga akhir hayat.

Dosennya tak terhingga. Siapapun dan apapun bisa menjadi dosennya.

Mulailah peka dalam menjalani kehidupan ini. Sebagai contoh, kita harus lebih peka terhadap tindakan atau perilaku seseorang kepada kita. Ketahuilah bahwa ada maksud Tuhan disana. Allah mengawasi universitas ini, reward dan punishment selalu diberi-Nya pada setiap nilai yg kita terima di universitas ini.

Mari bergabung dan mulailah sekarang juga..

Buat yang ingin daftar, syaratnya mudah. Rendahkan hati dan mulailah belajar mempelajari apapun, kapanpun, di manapun dan dari siapapun, bagaimanapun caranya.

Biaya gratis.

Hidup terbatas tak berarti harus hidup minder dan tak bisa menjadi hebat. Hiduplah tak terbatas dalam keterbatasan. Manfaatkan apa yang dimiliki, tak perlu berfokus pada yg tidak dimiliki.

Untuk sahabat seperjuangan dimanapun kau berada. Kenal atau pun tidak. Mari kita indahkan hidup ini dengan menjadi sebaik-baiknya orang dan sepatuh-patuhnya orang dalam pekerjaan apapun. Dengan begitu, kebaikan kehidupan seakan memihak pada kita.

Kita mungkin sedikit tersisih di awal, tapi yakinlah pasti ini akan indah pada waktunya.

Survive atau bertahan, bukan hanya sekedar menjaga fisik dan mengisi perut. Tapi lebih kepada mengelola kehidupan dengan keterbatasan yang ada.

Selamat berjuang! :)