Pages

Wednesday, September 19, 2012

Mahasiswa baru di Universitas Kehidupan



Ya.. Sebetulnya sudah lama ingin menulis. Menulis mengenai perjalanan hidupku di Universitas Kehidupan ini.
Semenjak lulus SMA, secara tidak langsung aku mulai menjejaki masa kuliahku di Universitas Kehidupan dengan level kesekian, disamping kuliahku di Universitas Komputer Indonesia.

Kini (14-9-2012) aku mengemban ilmu di Universitas Youngsan, Busan - Korea Selatan.
Tapi, yang aku soroti bukan tentang proses akademisnya, tapi perjalananku di Universitas Kehidupan dalam yang telah dan pernah dilakukan hingga saat ini ketika ku berada di Korea Selatan.

Perjalanan merasakan hitam putih kehidupan sudah sejak lama kujalani. Terutama dalam membangun kemandirian, khususnya dalam masalah finansial. Bersyukur saat ini aku diajarkan bagaimana harus peka terhadap kehidupan dan mampu merasakan dan mengerti apa itu makna prihatin. Orangtua superku-lah yang hebat. Mereka mengajarkan padaku apa yang mereka bisa ajarkan, dan bersyukur aku pun diberi kemauan untuk mempelajari apa maksud dari apa yang orang tua ajarkan kepadaku. Dan ku mengerti satu hal saat ini, bahwa apa yang mereka ajarkan padaku adalah untuk memampukanku, membuatku menjadi mandiri, membuatku mengerti arti kehidupan dan membuatku menyadari bahwa aku hanyalah seorang manusia bertuhan yang kecil dihadapan-Nya.

Hingga saat ini aku bersyukur masih diberi kemampuan untuk survive atau bertahan dalam kondisi apapun. Anugrah untukku diberikan kemampuan untuk ngulik apapun yang banyak orang katakan "tidak bisa" dibuat menjadi "mungkin bisa". Ya, aku percaya apa yang dinamakan "peluang". Ini dimulai ketika masih duduk di bangku SD. Karena uang jajanku yang saat itu lebih kecil dibandingkan teman-temanku, dan karena saat itu minta pada orangtua pun segan, mulailah aku memutar pikiran. Saat itu aku membuat sebuah game labirin kecil di sebuah buku ukuran standar dengan tarif 100-500 rupiah untuk setiap permainannya, dan terkadang ketika pulang ke rumah aku mencari berbagai barang bekas yg aku punya, seperti gantungan kunci, penghapus hingga serutan lingkaran kaca yang tidak terpakai untuk dijadikan hadiahnya. Alhasih mulai saat itu aku membeli sebuah celengan, dan mulailah kebiasaan menabung itu ditumbuhkan.

Perjuangan awal dalam menghadapi gengsi kecil, telah diselesaikan. Selain lolos dalam melewati tingkat kanak-kanak, saat itu aku sudah bisa menikmati hasilnya. Memiliki uang saku sendiri dan bisa menikmatinya sendiri. Alhamdulillah.

Masuk pada masa SMP, saat itu perjuangan selanjutnya adalah ketika rela untuk tidak jajan, naik sepeda untuk menghemat ongkos dan menahan lapar hingga sampai dirumah untuk bermain game. Ya, memang tujuannya buruk saat itu, aku pun menyadari. Tapi tak ada hal apapun di dunia ini yang tanpa makna dan hikmah. Dari pengalaman itu yang disadari adalah bahwa "ko bisa ya seseorang merelakan banyak uangnya demi hal yang sebenarnya tidak harus". Jawabannya adalah "untuk membayar kepuasan". Eiiiiitss !! Jangan berhenti disitu. Dari situ terpikir, "mengapa untuk membayar sebuah kepuasan harus mengeluarkan banyak uang?" Banyak uang? Ya, saat menjadi gamer yang maniak tanpa terasa setelah sekitar 3 tahun, ketika dihitung-hitung sudah hampir 2-3 juta rupiah sudah ku habiskan. Dan itu untuk ukuran anak yang memiliki uang saku sekitar 5000-8000 rupiah per hari, dan ketika libur, tak ada uang saku. Dari mana bisa mengumpulkan uang sebanyak itu? Ya itu tadi, tidak jajan, ke sekolah menggunakan sepeda, uang pemberian orang tua dan saudara aku tabungkan dan digunakan untuk itu. Ya, itulah pengalaman yang memberikanku pelajaran bahwa, sebenarnya jika kita meniatkan sesuatu, se-Mustahil apapun bisa terlaksana. Demikianlah ilmu kehidupan yang aku dapatkan dalam Universitas Kehidupan saat aku masih duduk di bangku SMP.

Perjuangan selanjutnya ada disini. Bangku SMA banyak mengajariku berbagai arti kehidupan, saat itu
 ilmu kehidupanku semakin matang dan lebih peka dalam melihat kehidupan dari sudut yang berbeda dari sudut pandang orang lain. Ilmu people watching ku dapatkan di tingkat ini. Ilmu yang mempelajari tingkah laku dan cara orang berbicara yang secara tidak langsung dapat mencerminkan karakter orang itu sendiri. Ilmu ini tidak dengan mudah dapat dipelajari, ini akan mudah dipelajari jika sudah banyak berinteraksi dan banyak memiliki specific case. Tapi siapapun dengan umur berapapun dapat mempelajari ini dengan mudah sebenarnya.

Tahap selanjutnya yang telah kualami adalah ketika diberi kesempatan dan kehormatan memimpin organisasi hebat bernama HIPMA. Disana sangan banyak perjuangan dan pengalaman mengenai ilmu kehidupan yang dipelajari. Ilmu yang didapat banyak, diantaranya adalah belajar mengatur waktu, memilih prioritas, dan yang paling penting adalah pengaturan finansial.

Organisasi tersebut bukan tidak memiliki dukungan dari lembaga yg menaungi, tapi mungkin karena terlalu banyak dan event dan kegiatan organisasi yang segudang dan membutuhkan banyak biaya. Akhirnya setelah berpikir keras dan memutar otak, pilihan yang sekiranya tepat adalah berdagang. Dimulai dengan berdagang roti. Ya, roti. Roti yg harus di ambil di pabrik sekitar pukul 01.00 dini hari. membutuhkan waktu perjalanan sekitar 45 menit menggunakan motor dari daerah tempat tinggalku. Biasanya pukul 04:00 sudah kembali ke rumah. Ini menjadi agak berat dijalani dikarenakan waktu kuliah yang rutinitasnya masuk pukul 07:00. Roti itu dijual di kampus, rumah dan seminggu sekali berjualan di Car Free Day Bandung. Saat itu mukaku sudah diobral, malu tak jadi alasan. Satu tujuanku saat itu adalah survive. Survive untuk nama organisasi. Dari modal 50rb, omzetku saat itu sudah hampir mencapai 400rb/hari. Dan yang pastinya keuntungan dari hasil penjualan itu disisihkan untuk kegiatan organisasi.

Karena terasa lelah jika harus langsung masuk pagi, setelah beberapa waktu berlalu, kuputuskan untuk berhenti. Namun lagi-lagi kegiatan dan acara berikutnya yang dibuat membutuhkan biaya yang cukup besar. Lau ada pertanyaan seperti ini, "Jika biaya yg dibutuhkan terlalu besar, mengapa kita tidak menurunkan kualitas kegiatan dengan kegiatan yang kecil namun aman?" Mungkin jawabannya seperti ini "Jika tujuan kita kecil, pasti semangat dan perjuangannya kita kecil. Jika tujuan kita besar, pasti semangat dan perjuangannya besar pula. Dan ingat! Keberanian dan usaha yang penuh, mendatangakan pertolongan Tuhan". Kemudian terobosan selanjutnya adalah berdangang membuat Warung/Mini Cafe menggunakan gerobak sederhana dengan atap terpal. Dengan bermodalkan seluruh tabungan yang dimiliki sebesar 600-800rb rupiah, target tertinggi adalah omzet mencapai 1jt lebih/bulan. Karena kesibukan dan jadwal kuliah yang padat, akhirnya Mini Cafe ini hanya berjalan sekitar 4 bulan saja. Namun lagi-lagi sebagian keuntungannya disisihkan untuk kegiatan, seperti pada tujuan awal.

"Mengapa harus pemimpin yang mengerjakan ini, bukankah seharusnya anggotanya yang bergerak?" Awalnya memang terpikir seperti itu, namun jika harus selalu anggotanya yang melakukan, harus menunggu sampai kapan lagi untuk memulai..

Disini point-nya, dari pengalaman tersebut, sangat banyak sekali pelajaran dan hikmah yang didapat. Mulai dari berpikir bahwa mencari uang itu tidak mudah, semua butuh perjuangan, tidak ada yang instan, mengerti arti membagi waktu, survive dalam menjaga kondisi tubuh di tengah kegiatan yang padat, dan banyak lagi ilmu dan hikmah yang kudapatkan saat aku belajar dalam universitas kehidupan ini..

Kini.. Coba perhatikan disekeliling kehidupanmu! Semua yang dilakukan bukan tanpa hikmah, tetapi buatlah lebih peka terhadap apa yang terjadi pada kehidupanmu. Hidup bukan hanya untuk bersenang-senang, tapi buatlah hidupmu yang serba berat ini lebih menyenangkan, walau berat namun kita harus mampu membawa diri dan menikmati buah hasilnya.

No comments:

Post a Comment